I Left My Heart in Amsterdam

by - 1:28 PM

Why Amsterdam? 


Masih segar di ingatan ketika petugas imigrasi menanyakan itu kepada orang di depan saya. Saat itu masih sekitar jam enam pagi waktu Amsterdam. Rasanya, ngantuk banget karena di pesawat tidur ga terlalu lelap. Badan juga masih menyesuaikan dengan waktu di Amsterdam yang bedanya kurang enam jam dari waktu Jakarta. Seketika saya langsung segar kembali setelah mendengar mas-mas bule menayakan hal tersebut kepada pendatang asal China. 

Sebenarnya sebelum masuk ke area imigrasi pun ada yang unik saat saya sampai di Schiphol Amsterdam, setelah turun dari pesawat, di ujung garbarata sudah ada beberapa petugas yang menunggu untuk memeriksa passport dan menanyakan beberapa pertanyaan. Tapi disitu belum terasa tegang suasananya. 

Deg-degan. 

Bukan karena petugasnya ganteng, karena itu sudah pasti hehe, tapi jadi teringat beberapa artikel yang menyebutkan bahwa imigrasi saat masuk Eropa lumayan ketat, bahkan bisa sampai ditanya mengenai rekening koran. Wah mana saya sendiri saat itu. Kalau pergi bersama teman atau keluarga setidaknya ada backingan hehe tapi bismillah aja.  Tiba giliran saya maju ke loket imigrasi, sejak antri saya berdoa biar di permudah aja pokonya even ditanya tapi jangan yang susah-susah😅

How long you stay in Amsterdam? Do you go to another Schengen country? Could you please show me your return ticket?”

Legaaa rasanya setelah keluar loket imigrasi, yang diakhiri dengan senyum petugas sembari berkata “Enjoy your visit!” Artinya saya berhasil masuk ke Eropa, melalui Amsterdam. Rasanya kaya menerima hasil ujian dan dinyatakan lulus hehehe lebay yah. 

Setelah dari imigrasi, saya bergegas ke area pengambilan bagasi. Tidak perlu menunggu lama, koper saya muncul ke permukaan. Seperti biasa, saya selalu memisahkan toiletries saya di backpack agar lebih mudah. Karena seringnya hari pertama sampai di tujuan jarang bisa mandi, jadi setidaknya bisa sikat gigi dan cuci muka, biar muka lebih segar dan ga terlalu kumal.

Setelah rapih saya pun bergegas menuju pintu keluar mencari tulisan Schiphol dan I Amsterdam diluar bandara. 

Schiphol Airport sign used to be my laptop desktop background when in uni. Kebayang dong rasanya ngeliat langsung kaya apa? Masyaallah pokonya. Siapa yang nyangka bisa melihat langsung tulisan itu setelah 2 tahun lulus kuliah :’)

Karena hari pertama saya tujuannya hanya setengah hari di Amsterdam dan harus melanjutkan perjalanan ke German dengan kereta, jadi saya bergegas ke loket tiket kereta untuk membeli tiket ke Amsterdam Centraal, yang mana berlokasi di pusat kota Amsterdam. Tiket kereta satu kali jalan dari bandara ke Amsterdam Centraal harganya 4.5 Euro. 

Perjalanan dari Bandara Schiphol ke Amsterdam Centraal tidak memakan waktu lama, kurang lebih hanya 17 menit. Menggunakan kereta sprinter ataupun intercity, dua-duanya sama bersih dan nyamannya. Karena frekuensi keretanya juga sering yang menuju pusat kota, jadi tidak perlu berdesakan di dalam kereta. 


Sampailah di Amsterdam Centraal. Saat itu masih sekitar pukul 07.30 pagi, belum terlalu ramai. Karena kereta menuju Dusseldorf masih sekitar lima jam lagi, jadi saya memutuskan untuk berkeliling di sekitaran Damrak, Dam Square dan Red Light District. Selain karena berada di dekat Amsterdam Centraal, saya gak berani untuk datang ke Red Light District malam hari, jadi mumpung masih sepi dan sex shop masih pada tutup, puas puasin deh jalan disekitar situ. Beruntung banget cuaca hari itu cerah, dengan angin yang masih sejuk namun hangat khas musim semi. 

Terus selama jalan-jalan kopernya dimana? Saya bawa dong! Haha. Gaada penitipan koper dan ga mungkin di titipkan soalnya. Lumayan pegal sih, tapi gak terlalu berasa karena di setiap sudut pemandangannya bagus banget. Ngeliat kanal-kanal yang membelah kota Amsterdam, barisan sepeda yang berjejer rapih, arsitektur khas disetiap bangunan, dan ramahnya orang-orang yang berpapasan di jalan. Satu kata, bahagia. Alhamdulillah.


Setelah cukup cape, akhirnya memutuskan untuk berhenti di kedai yang menjual Belgian Waffle dengan berbagai topping. Karena kebetulan lapar dan ingat akan melanjutkan perjalanan selama tiga jam, akhirnya memutuskan untuk mencoba belgian waffle dengan topping nutella kitkat. Rasanya gak usah ditanya lagi, enak! Apalagi diluar cuacanya cerah dan ditemani lagi Here comes the Sun. Sekitar pukul 12 siang, saya kembali ke Amsterdam Centraal untuk naik kereta menuju Dusseldorf, German.


Amsterdam ini bikin jatuh hati dari pandangan pertama, setengah hari rasanya gak cukup di Amsterdam. Untungnya setelah beberapa hari di German dan Austria, saya akan kembali kesini. Nanti akan saya ceritakan itinerary saya selama dua hari di Amsterdam yah! 

Satu hal yang pasti, I’m falling love at my first sight with Amsterdam. And I left my heart in this lovely city💕

You May Also Like

0 comments